sapa dan salam

Assalamuallaikum, Selamat bergabung di Xpassion.:D

info terupdate

Hi Xpassioners, selamat berkarya di BUKU ke 2 Xpassion, kumpulkan tulisanmu segera, rebranding your self and improve your skill
  • -Lutfi Zein-.
  • Find Your Passion
  • Now
  • No Delay,No Excuse,No But.
  • Reading Books Makes you Better.

Selasa, 31 Desember 2013

Siapa Ikhlas akan Naik Kelas

Penulis: Alfi Fidya Ariyunita


Dilahirkan pada tahun 1990, seorang anak perempuan yang menjadi anak tunggal di sebuah keluarga sederhana dan harmonis itu merasa bagai seorang putri raja dan diemaskan oleh orang tua dan kakek neneknya. Ia merasa hidupnya sungguh sempurna, karena begitu banyak yang menyayanginya dan menjakannya. Sayangnya, hal itu membuatnya jarang untuk berdoa kepada Tuhannya. Ia hanya mematuhi kewajiban tanpa meminta kepada Tuhannya, karena Ia hanya berpikir bahwa, “Ayah dan Ibu akan menurutiku. Kalau ndak gitu ya ke mbah kung (kakek:bahasa jawa) juga bisa.”
Pada saat itu kebetulan ia berpikir pada tulisan sebuah buku pembangun diri pertama yang ia baca, “Jangan bersandar pada orang lain dan apapun kecuali pada Tuhanmu”. Selama ini ia memang telah bersandar penuh pada keluarganya. Ia belum banyak tau tentang takdir, nasib dan kehidupan. Karena baru 6 tahun ia bisa mengingat awal mula ia menjalani kehidupan di dunia dan pada waktu itu ia berusia 12 tahun.
Selama 6 tahun, yang dia ingat hanya seorang ayah yang berwibawa, menyayanginya dan sedikit membuatnya malu karena tidak bisa berjalan seperti ayah teman-temannya. Ia juga mengingat Ibu yang selalu membelanya ketika ia melakukan kesalahan. Serta kakek dan nenek yang selalu memanjakannya setiap waktu.
Tidak lama setelah ia berpikir apa yang dimaksud dengan tulisan “Jangan bersandar pada orang lain dan apapun kecuali pada Tuhanmu”, akhirnya ia mulai diberi jalan untuk menemukan jawabannya. Ia mendapat pengajar yang paling sempurna di alam semesta ini, yaitu Tuhan. Ia resmi masuk pada sekolah kehidupan yang langsung dituntun oleh Tutor Yang Maha Sempurna.
Ketika harus mulai menerima pelajaran pertama pada bangku sekolahnya, ia harus menerima materi KEIHKLASAN. Ia diuji dengan diambilnya seorang Ayah dari kehidupannya. Pada usia 13 tahun, yang hanya bisa ia lakukan dan sadari adalah menangis dan menjadi seorang yatim. Ia hanya bisa menangisi Ayahnya supaya dapat kembali hidup dan takut menerima cemohan teman-temannya karena menjadi yatim.
Ia takut kehidupannya tidak akan seindah sebelumnya. Ia mulai gusar dan tidak bisa tenang menjalani hidupnya. Ia takut akan Kakek kesayangannya yang akan diambil setelah Ayahnya. BENAR! Belum genap 40 hari meninggalnya sang Ayah, ia harus kembali menerima pelajaran nomor dua dari materi KEIKHLASAN. Kakek kesayangannya juga meninggalkannya pada saat 40 hari meninggalnya sang Ayah. Hidup sudah mulai dalam proses pembalikan.
Akhirnya, saya mulai tinggal bertiga dalam satu rumah dengan Ibu dan Nenek tanpa kehadiran seorang pria yang dapat melindungi kami. Setelah semuanya terjadi, kehidupan gadis itu belum juga pulih seperti sebelumnya, malahan ia semakin gusar. Ibu mulai sakit-sakitan. Ibu harus keluar masuk rumah sakit untuk menjalani operasi, pengobatan dan pemeriksaan. Dengan kondisi yang demikian, ia tidak tahu harus kemana lagi akan bersandar. Karena tidak mungkin kepada neneknya yang usianya juga tidak dapat ditebak.
Menangislah ia untuk pertama kali kepada Tuhannya. Setiap kali dalam kewajibannya dan ibadahnya ia selalu berdoa meminta untuk keselamatan, kesehatan dan usia yang barokah untuk seisi keluarga. Tiap kali ia merawat Ibunya, ia teringat oleh almarhum ayahnya yang dulu belum sempat ia rawat seperti ibunya ketika sakit. Dan tiba-tiba ia seolah seperti merasakan apa yang dilakukan ibunya ketika merawat almarhum ayahnya ketika sakit keras.
Dokter memberikan pesan untuk tidak melakukan operasi lagi dan keluarga besar menentang keinginan ibunya yang bersikeras melakukan operasi. Entah apa yang terpikir oleh si Gadis, ia meminta keluarga besarnya untuk menuruti keinginan sang Ibu dan meminta Bibinya untuk menyutujui surat pernyataan melakukan operasi untuk sang Ibu.
Rupanya dua pelajaran keikhlasan sebelumnya membuat si gadis siap untuk ujian kenaikan kelas dari Tuhannya. Si gadis seolah mendapat keberanian yang luar biasa untuk memilih jawaban yang dianggapnya benar pada soal ujian dari Tuhannya. Ia, memilih menuruti apapun keinginan Ibunya dan tidak akan pernah menyesal apapun yang terjadi.
Hari dimana pengumuman kenaikan kelas di sekolah kehidupan si gadis itu pun tiba. Ia kembali harus menerima kenyataan bahwa tidak seorangpun di dunia ini yang dapat dijadikan sandaran kecuali pada Tuhan. Ia kehilangan sang ibu pada usianya yang ke 15 tahun. Namun, ia tak lagi gusar dan takut kehilangan seseorang yang ia sayangi kembali meskipun tinggal seorang lagi yang masih ia punya, yaitu Nenek. Ia pun tidak mencurahkan air mata yang berlebih ketika sang Ibu meninggalkannya untuk selamanya. Ia tidak takut dengan julukan orang kepadanya yang bertambah menjadi yatim-piyatu. Ia pun tidak takut untuk hidup sendiri dan merawat seorang nenek dikehidupannya selanjutnya. Karena ia sudah ikhlas menerima ujiannya dan siap untuk menghadapi ujian-ujian kenaikan kelas selanjutnya.
Tentunya setiap orang pasti ingin pada Kelas yang tinggi, Kelas yang dapat lebih dekat dan terus mendekat dengan Tuhannya. Dan ketika diambil sebuah kesimpulan, maka Ikhlas adalah salah satu pelajaran untuk dinaikkan Kelas oleh Tuhannya.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar