Oleh: KH. A. Mustofa Bisri
Zahir sedang berada di pasar Madinah ketika tiba-tiba seseorang memeluknya
kuat-kuat dari belakang. Tentu saja Zahir terkejut dan berusaha melepaskan
diri, katanya: "Lepaskan aku! Siapa ini?"
Orang yang memeluknya tidak melepaskannya justru berteriak: "Siapa mau
membeli budak saya ini?" Begitu mendengar suaranya, Zahir pun sadar siapa
orang yang mengejutkannya itu. Ia pun malah merapatkan punggungnya ke dada
orang yang memeluknya, sebelum kemudian mencium tangannya. Lalu katanya riang:
"Lihatlah, ya Rasulullah, ternyata saya tidak laku dijual."
"Tidak, Zahir, di sisi Allah
hargamu sangat tinggi;" sahut lelaki yang memeluk dan 'menawarkan' dirinya
seolah budak itu yang ternyata tidak lain adalah Rasulullah, Muhammad SAW.
Zahir Ibn Haram dari suku Asyja', adalah satu di antara sekian banyak orang
dusun yang sering datang berkunjung ke Madinah, sowan menghadap Kanjeng Nabi
Muhammad SAW. Tentang Zahir ini, Rasulullah SAW pernah bersabda di hadapan
sahabat-sahabatnya, "Zahir adalah orang-dusun kita dan kita adalah
orang-orang- kota dia."
***
Nabi Muhammad SAW Anda anggap pemimpin apa saja, pemimpin formal kah; pemimpin
non formal; pemimpin agama; pemimpin masyarakat; atau pemimpin Negara, Anda
akan sulit membayangkannya bercanda di pasar dengan salah seorang rakyatnya
seperti kisah yang saya tuturkan (berdasarkan beberapa kitab hadis dan kitab
biografi para sahabat, Asad al-ghaabah- nya Ibn al-Atsier ) di atas.
Tapi itulah pemimpin agung, Uswah hasanah kita Nabi Muhammad SAW. Dari kisah di
atas, Anda tentu bisa merasakan betapa bahagianya Zahir Ibn Haram. Seorang
dusun, rakyat jelata, mendapat perlakuan yang begitu istimewa dari pemimpinnya.
Lalu apakah kemudian Anda bisa mengukur kecintaan si rakyat itu kepada sang
pemimpinnya? Bagaimana seandainya Anda seorang santri dan mendapat perlakuan
demikian akrab dari kiai Anda? Atau Anda seorang anggota partai dan mendapat
perlakuan demikian dari pimpinan partai Anda? Atau seandainya Anda rakyat biasa
dan diperlakukan demikian oleh --tidak usah terlalu jauh: gubernur atau
presiden--bupati Anda?
Anda mungkin akan merasakan kebahagiaan yang tiada taranya; mungkin kebahagiaan
bercampur bangga; dan pasti Anda akan semakin mencintai pemimpin Anda itu.
Sekarang pengandainya dibalik: seandainya Anda kiai atau, pimpinan partai, atau
bupati; apakah Anda 'sampai hati' bercanda dengan santri atau bawahan Anda
seperti yang dilakukan oleh panutan agung Anda, Rasulullah SAW itu?
Boleh jadi kesulitan utama yang dialami umumnya pemimpin, ialah mempertahankan
kemanusiaanya dan pandangannya terhadap manusia yang lain. Biasanya, karena
selalu dihormati sebagai pemimpin, orang pun menganggap ataukah dirinya tidak
lagi sebagai manusia biasa, atau orang lain sebagai tidak begitu manusia.
***
Kharqaa', perempuan berkulit hitam itu entah dari mana asalnya. Orang hanya
tahu bahwa ia seorang perempuan tua yang sehari-hari menyapu mesjid dan
membuang sampah. Seperti galibnya tukang sapu, tak banyak orang yang
memperhatikannya. Sampai suatu hari ketika Nabi Muhammad SAW tiba-tiba bertanya
kepada para sahabatnya, "Aku kok sudah lama tidak melihat Kharqaa'; kemana
gerangan perempuan itu?"
Seperti kaget beberapa sahabat menjawab: "Lho, Kharqaa' sudah sebulan yang
lalu meninggal, ya Rasulullah." Boleh jadi para sahabat menganggap
kematian Kharqaa' tidak begitu penting hingga perlu memberitahukannya ' kepada
Rasulullah SAW. Tapi ternyata Rasulullah SAW dengan nada menyesali, bersabda:
"Mengapa kalian tidak memberitahukannya kepadaku? Tunjukkan aku dimana dia
dikuburkan?". Orang-orang pun menunjukkan kuburnya dan sang pemimpin agung
pun bersembahyang di atasnya, mendoakan perempuan tukang sapu itu.
***
Nabi Muhammad SAW Anda anggap pemimpin apa saja, pemimpin formal kah; pemimpin
non formal; pemimpin agama; pemimpin masyarakat; atau pemimpin Negara, Anda
pasti akan sulit membayangkan bagaimana pemimpin seagung beliau, masih memiliki
perhatian yang begitu besar terhadap tukang sapu, seperti kisah nyata yang saya
ceritakan (berdasarkan beberapa hadis sahih) di atas.
Tapi itulah pemimpin agung, Uswah hasanah kita Nabi Muhammad SAW. Urusan-urusan
besar tidak mampu membuatnya kehilangan perhatian terhadap rakyatnya, yang
paling jembel sekalipun.
***
Anas Ibn Malik yang sejak kecil mengabdikan diri sebagai pelayan Rasulullah SAW
bercerita: "Lebih Sembilan tahun aku menjadi pelayan Rasulullah SAW dan
selama itu, bila aku melakukan sesuatu, tidak pernah beliau bersabda, 'Mengapa
kau lakukan itu?' Tidak pernah beliau mencelaku."
"Pernah, ketika aku masih kanak-kanak, diutus Rasulullah SAW untuk sesuatu
urusan;" cerita Anas lagi, "Meski dalam hati aku berniat pergi
melaksanakan perintah beliau, tapi aku berkata, 'Aku tidak akan pergi.' Aku
keluar rumah hingga melewati anak-anak yang sedang bermain di pasar. Tiba-tiba
Rasulullah SAW memegang tengkukku dari belakang dan bersabda sambil tertawa,
'Hai Anas kecil, kau akan pergi melaksanakan perintahku?' Aku pun buru-buru
menjawab, 'Ya, ya, ya Rasulullah, saya pergi.'"
Nabi Muhammad SAW Anda anggap pemimpin apa saja, pemimpin formal kah; pemimpin
non formal; pemimpin agama; pemimpin masyarakat; atau pemimpin Negara, dapatkah
Anda membayangkan kasih sayangnya yang begitu besar terhadap abdi kecilnya?
Tapi pasti Anda dapat dengan mudah membayangkan betapa besar kecintaan dan
hormat si abdi kepada 'majikan'nya itu.
Waba'du; apakah saya sudah cukup bercerita tentang Nabi Muhammad SAW, sang
pemimpin teladan yang luar biasa itu? Semoga Allah melimpahkan rahmat dan
salamNya kepada beliau, kepada keluarga, para sahabat, dan kita semua umat
beliau ini.
Amin.
A Mustofa Bisri Pengajar di Pondok
Pesantren Taman Pelajar Raudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah