sapa dan salam

Assalamuallaikum, Selamat bergabung di Xpassion.:D

info terupdate

Hi Xpassioners, selamat berkarya di BUKU ke 2 Xpassion, kumpulkan tulisanmu segera, rebranding your self and improve your skill
  • -Lutfi Zein-.
  • Find Your Passion
  • Now
  • No Delay,No Excuse,No But.
  • Reading Books Makes you Better.

Jumat, 13 September 2013

Mengapa Kita Membutuhkan Teori???

Penulis: Firman Syahyudin

Keberadaan sebuah teori bukanlah semata-mata karena kegemaran pribadi seseorang, tetapi tentu saja karena ada masalah-masalah yang mendorong orang untuk berteori. Dengan kata lain memang ada alasan nyata yang menuntun orang untuk menghasilkan karya-karya teoritis, dan tentunya hasilnya sering membantu dalam perjalanannya untuk menyelesaikan masalah.
Katakanlah, kita tidak bisa bergerak lansung dari suatu studi tentang sikap-sikap para pekerja langsung menjadi suatu teori, karena setiap teori yang bernilai harus bertautan dengan lebih banyak hal lagi daripada sikap-sikap para pekerja. Kita harus membawa serta keduanya secara bersama-sama: studi-studi kita tentang dunia nyata, kita gunakan sebagai bahan mentah untuk berteori dan menggunakan teori yang telah kita miliki untuk menolong kita memahami hasil-hasil dari berbagai studi mengenai dunia nyata dengan segambreng intrik dan ambigunya. Setiap individu pun seringkali kita secara tidak sadar berfikir secara teoritis. Apa yang tidak biasa bagi kita adalah berfikir secara teoritis dalam suatu cara sistematis, dan teori itu baru merupakan suatu bantuan kalau kita dapat mempelajari dengan sadar dan itu hanya mungkin kalau kita dapat menggunakannya secara langsung.
Apa yang menjadikan kita terbiasa berfikir dalam keadaan tidak sadar (tidak sistematis)? Jawabannya karena MASALAH (problem atau kejadian) itu sendiri. Kebanyakan kita dalam hal tertentu dipengaruhi oleh kejadian-kejadian yang berada di luar kontrol kita dan tidak serta-merta jelas. Beberapa di antaranya terjadi secara tidak terduga-duga atau tiba-tiba, sebagian lainnya terjadi secara perlahan-lahan dalam cara yang kurang disadari. Misalnya, dalam tingkat tertentu, yang bersifat pribadi saya bisa jatuh cinta pada waktu yang tidak menyenangkan dan tidak diharapkan, atau menemukan diri saya dalam genggaman emosi yang ganas lainnya, yang tidak saya ketahui datang dari mana, tetapi nampaknya begitu menguasai kehidupan saya, atau saya menemukan diri saya sendiri terperangkap dalam suatu keadaan yang disertai manifestasi baik fisik maupun psikis, seperti ketika dokter memvonis HIV bagi penderitanya.
Fungsi teori mestinya berkaitan dengan penafsiran terhadap fakta-fakta apa saja yang dapat ditemukan dan disetujui. Tetapi hal ini akan menimbulkan perangkap dalam teoritis. Artinya teori juga mengandung perangkap. Seseorang yang mempunyai banyak waktu dalam pengumpulan data-data akan cenderung terperangkap dalam apa yang diistilahkan sebagai perangkap teka teki silang. Artinya perangkap ini terletak pada teori itu sendiri, sedemikian panjang waktu yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data akan menyerap mereka dalam perdebatan-perdebatan teknis yang berkaitan dengan hubungan metodologi dan statistik,dan pada akhirnya aplikasi untuk konsepnya terbengkalai.
Perangkap teori kedua apa yang disebut sebagai perangkap kepuasan hasil. Dalam mensistematiskan ide-ide, akan memunculkan problem second-order, tidak secara langsung berhubungan dengan penjelasan mengenai sesuatu. Artinya begitu besar kenikmatan yang dapat diperoleh dari usaha memecahkan masalah (menjelaskan dalam satu sisi), membuat kita lupa terhadapn kompleksitasnya dunia sosial dan dampaknya pada kesalahan berteori secara tidak menyeluruh terhadap problem tersebut sehingga teori yang dihasilkan nampak tidak relevan. Perangkap ketiga dinamakan perangkap deskripsi, artinya suatu penjelasan mewartakan (memberitahukan) kepada kita sesuatu yang tidak kita tahu dan yang tidak bisa ditemukan hanya dengan melihat.
Artinya sebuah teori relevan ketika menyangkut aspek dari kepuasan antara ide secara konseptual dan hasil secara factual. Konsep pekerja dan pemikir ataupun sebaliknya pemikir dan pekerja menjadi satu kesatuan dalam tujuan, yakni kepuasan antara keduanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar