sapa dan salam

Assalamuallaikum, Selamat bergabung di Xpassion.:D

info terupdate

Hi Xpassioners, selamat berkarya di BUKU ke 2 Xpassion, kumpulkan tulisanmu segera, rebranding your self and improve your skill
  • -Lutfi Zein-.
  • Find Your Passion
  • Now
  • No Delay,No Excuse,No But.
  • Reading Books Makes you Better.

Selasa, 31 Desember 2013

Ilmu dari Tukang Kayu

Penulis : Puguh Prawidiyanto


Pak Cuk panggilan akrabnya, pria sedikit berotot setengah baya dengan uban menghiasi rambut dan selalu berpenampilan sederhana. Orang-orang mengenalnya sebagai piawai kayu, beliau typical orang yang ulet dan total dalam menjalani pekerjaan, tidak mengenal waktu dan kepuasan pelanggan menjadi tujuannya dalam bekerja.
Singkat cerita saya mengenal beliau dari ayah saya ketika membenahi rumah kami 7 tahun silam, ketika saya masih tinggal dengan orang tua. Semenjak itu saya sering meminta saran dan bantuannya ketika berurusan dengan masalah kayu. Suatu sore saya singgah ke rumahnya yang sederhana dan beliau sedang bekerja di gubuk tua sedikit reyot di samping rumahnya, “kantor” beliau menyebutnya dan mempersilahkan saya masuk. “Luar biasa” kata yang terlintas di pikiran saya, meski dengan dinding bambu dan tempat yang tidak begitu luas tapi peralatan yang dimilikinya sudah modern hingga saya tercengang.
Saya iseng menanyakan karena tidak percaya “Iki alate tek sopo pak?” dalam bahasa Jawa.
Kemudian beliau menjawab “Yo tek aku le, mosok kate nyileh….!”.
“Kabeh pak?” tanyaku lagi.
“Iyo, mosok koen gak percoyo” jawabnya.
Mulai dari situlah banyak pertanyaan yang saya ajukan hingga perbincangan mulai serius dan saya mulai belajar. Intinya beliau orang sederhana dan hidup pas-pasan tapi tidak takut mengambil kesempatan, dulu mulai kerja dengan alat sederhana dengan hasil yang biasa. Sekarang dengan peralatan yang modern beliau bisa mencapai hasil 2-3x lipat dari penghasilan semula. Memberanikan diri meminjam modal dan mengupgrade diri,
“Kapan iso duwe nek gak wani utang” begitu beliau berkata.
 “Jangan takut untuk hutang karena dengan begitu kita bisa maju.”
“Masak harus nabung dulu baru bisa beli, itupun klo tidak ada kepentingan mendadak”. “Gunakan alat itu untuk menambah penghasilanmu 2x lipat, sisihkan setengah untuk membayar cicilan.”
Ilmu tersebut berdampak besar untuk saya.
Saya hidup dalam lingkungan yang sederhana, Ayah dan Ibu saya selalu mengajari hidup mandiri dan sederhana. Karena tuntutan hidup dan sudah menikah (2 anak) meski sudah bekerja saya mulai belajar wiraswasta (konter pulsa jehhh) hehehe…….untuk nambah penghasilan. Dan seperti kebanyakan orang yang sudah berkeluarga pasti mendambakan rumah idaman. Target saya dulu 10 tahun untuk membeli rumah, karena saya hidup bisa dibilang pas (cukup meski dikit dan  gak turah meski banyak).
Jadi saat istri saya bertanya “kapan bisa punya rumah sendiri?”
saya hanya bisa menjawab “mungkin 10 tahun mendatang itupun kayaknya ikut KPR, xixixi…..” sambil tersenyum.
Percaya atau tidak klo memang niat pasti ada jalan, di tahun yang sama setelah menjawab pertanyaan istri kok ya kebetulan ada temen bingung mau jual rumahnya karena terbelit hutang kakaknya dan kebetulan juga saya tidak punya uang (memang belum sempat menabung) waduh gimana caranya????? Lokasinya juga strategis, pinggir jalan (sesuai cita-cita) bisa di buat buka usaha.
Bingung bukan kepayang karena harganya bisa dibilang cukup murah (Murah karena dibawah harga pasar) tapi klo buat saya sendiri mahalnya minta ampun, mungkin jika nunggu nabung baru terkumpul setelah 20-30 tahun. Kira-kira sudah berapa harga rumah itu??? Haduhhh bisa 3x lipat sepertinya. Di situlah saya teringat kata-kata pak cuk, jadi saya memberanikan diri untuk membelinya melalui pihak ke 3 (KPR BANK M***) dengan harapan setelah jadi hak milik saya, saya bisa membuka usaha lagi dan usaha tersebut bisa saya gunakan hasilnya untuk mencicil rumah tersebut (penghasilan 2x lipat). Prosesnya penuh dengan perjuangan karena sertifikat rumah tersebut ternyata masih sekolah (jaminan di bank) dan nominalnya juga tidak sedikit. Perlengkapan pengajuan pun masih kurang karena rumah tersebut tidak memiliki IMB (Ijin Mendirikan Bangunan), maklum rumah desa. Setelah hampir 1 bulan berlangsung cari referensi bank, melengkapi persyaratan barulah pengajuan (Bismillah…). Desakan dari pihak pemilik juga terus berlanjut karena banyak tanggungan yang harus dibayar.
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT jika memang sudah kehendak-Nya terjadilah dan dalam prosesnya saya selalu di beri jalan sesuai dengan harapan dan keinginan saya. Dua bulan setelah tinggal di rumah itu saya mulai buka usaha kedua (konter pulsa juga), sekarang sudah 1 tahun lebih berlalu dan usaha yang saya rintis berjalan dengan lancar, berkat support istri juga. Meski rumah masih berstatus hak pakai karena belum lunas tetapi Alhamdulillah membawa manfaat dan nikmat yang luar biasa untuk keluarga saya.
Niatlah dalam berusaha dan selalu berdoa, Allah akan memberimu petunjuk dengan jalan yang tak pernah engkau bayangkan.
Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat dan bisa jadi referensi bagi temen-temen yang mempunyai  impian memiliki rumah idaman, hehehe….Mohon maaf jika ada salah kata dalam penulisan dan penyampaian karena masih dalam proses belajar. Terima kasih
Wassalamualaikum Wr. Wb.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar