sapa dan salam

Assalamuallaikum, Selamat bergabung di Xpassion.:D

info terupdate

Hi Xpassioners, selamat berkarya di BUKU ke 2 Xpassion, kumpulkan tulisanmu segera, rebranding your self and improve your skill
  • -Lutfi Zein-.
  • Find Your Passion
  • Now
  • No Delay,No Excuse,No But.
  • Reading Books Makes you Better.

Jumat, 13 September 2013

Jangan Pernah Meragukan Keadilan Tuhan

Penulis: Syah Yannuar Ariefandi

 Assalamualaikum Wr. Wb.
 Salam sejahtera dan semangat selalu. Saya bukan seorang penulis, pengarang, apalagi seorang motivator. Saya hanya ingin berbagi cerita tentang pengalaman saya yang saya alami dan saya rasakan melalui tulisan ini. Cerita ini berawal ketika saya lulus dari sekolah menengah awal (SMA). Saya melanjutkan untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi negeri Jember. Pada semester dua (2) saya berkuliah, saya mendengar ada pengumuman tentang penerimaan calon Brigadir Polisi se-Jawa Timur. Saya bertekad untuk mendaftarkan diri untuk mengikuti tes tersebut. Saya berangkat dengn mengantongi tekad, semangat, dan doa restu dari kedua orang tua. Tidak disangka-sangka saya lulus tahap demi tahap tes tersebut hingga saya sampai tes terakhir yang disebut sebagai tes “pantukir”.
Saya bisa sampai pada tes terakhir bukan dengan mudah begitu saja, saya harus mengorbankan kuliah saya di perguruan tinggi dengan tidak mengikuti ujian akhir semester, karena disengaja atau hanya kebetulan saja setiap saya menjalani tes calon Brigadir selalu saja bersamaan dengan jadwal saya ujian akhir semester. Namun hasilnya apa? Saya dinyatakan tidak lulus pada tes terakhir calon Brigadir Polisi. Dengan hati yang kacau saya mendengar ucapan pernyataan itu, dan penuh dengan pertanyaan di kepala saya. Bagaimana saya bisa tidak lulus tes Brigadir ini?padahal saya masuk dalam daftar 10 besar nilai terbaik peserta tes. Hal itu sangat membuat saya kecewa setelah semua pengorbanan yang sudah saya lakukan. Saya tidak sanggup melihat kedua orang tua saya menangis mengetahui bahwa saya telah gugur dalam tes tersebut, dan saya sempat marah kepada Tuhan serta mempertanyakan keadilan yang dia janjikan.
Saya merasa sangat terpukul dengan kenyataan yang telh Tuhan buat atas diri saya. Saya semakin stress ketika saya mengetahui bahwa saya masuk dalam daftar DO di fakultas tempat saya menuntut ilmu. Saya harus berjuang mati-matian selama satu semester untuk mendapatkan nilai yang sangat baik agar dapat lolos dari daftar DO. Rasanya Tuhan sangat tidak adil terhadap saya!! Namun seiring berjalannya waktu, saya sadar dan sangat menyesal karena sempat marah kepada Tuhan dan telah meragukan keadilannya terhadap umatnya. Saya mulai mencoba untuk mengikhlaskan semua yang telah terjadi dan kembali ke jalannya. Saya menyadari mungkin saya belum siap dengan apa yang ingin saya raih dan Tuhan mungkin memiliki rencana lain yang lebih baik lagi.
Dengan mengucap syukur, alhamdulillah, saya lolos dari daftar DO, dan dapat menyelesikan kuliah saya walaupun harus saya tempuh dengan susah payah. Dua minggu setelah saya dinyatakan sebagai Sarjana, seorang sahabat lama saya mengirimkan sebuah pesan singkat yang masuk ke handphone saya. Dia mengatakan bahwa di tempat dia bekerja sedang ada lowongan pekerjaan. Dengan “bondo nekat” saya mengirimkan lamaran pekerjaan saya dengan hanya melampirkan transkrip nilai terakhir, mengingat saya belum di Wisuda. Tidak disangka saya mendapatkan panggilan Interview terkait lamaran pekerjaan tersebut. Dalam pikiran saya sudah tertanam bahwa pasti akan ada banyak pertanyaan-pertanyaan rumit dalam proses Interview nanti. Sangat jauh dari apa yang saya bayangkan, proses Interview yang saya lakukan hanya berdurasi tidak lebih dari 5 (lima) menit saja. Dalam hati saya bergumam, “iki Interview opo yo kok aneh?”.
Seminggu setelah saya melakukan Interview, kembali saya mendapatkan panggilan untuk melakukan psikotest, dan seminggu setelahnya saya menerima pesan singkat yang isinya menyatakan bahwa saya di harapkan untuk hadir untuk mengikuti training dan interview akhir di perusahaan tempat saya melamar pekerjaan. Saya senang bukan main menerima pesan singkat tersebut dan segera memberitahukan kepada kedua orang tua saya, bahwa saya telah diterima bekerja. Saya mengucap puji syukur sebanyak-banyaknya karena saya telah diberikan kemudahan dalam mencari pekerjaan, mengingat banyak sekali sarjana yang sudah lulus lebih lama dari saya belum bekerja.
Dari pengalaman saya ini, saya menyadari bahwa Tuhan selalu memiliki rencana yang terbaik bagi umatnya. Kegagalan yang kita alami bukan semata-mata karena Tuhan tidak adil dan tidak menyayangi kita. Mungkin kita belum siap untuk menerima apa yang kita cita-citakan saat itu, dan tuhan lebih Tahu apa yang dibutuhkan oleh umatnya, bukan apa yang diinginkan oleh umatnya. Tuhan itu maha adil, tidak ada alasan bagi kita untuk meragukan keadilan yang Tuhan berikan bagi kita. Tidak ada yang tidak mungkin apabila kita mau berusaha dan selalu berdoa. Selalu ada kesempatan bagi kita untuk meraih cita-cita, karena sebetulnya kita sendiri yang menciptakan kesempatan itu.
Wassalam…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar