Penulis: Prima Adi Negara
Jum’at, 10 Januari 2014 merupakan hari
yang sesuatu banget bagi saya. Dimana sebuah masalah sepele berubah menjadi hal
yang runyam dan ruwet dalam sebuah Team.
Team ini sendiri terdiri dari 2 wilayah,
semisal (wilayah B dan S) yang dipimpin oleh seorang Leader yang sudah
berpengalaman bertahun-tahun diposisinya serta dibantu oleh seorang pemimpin
bagian promo yang baru berjalan 6 bulan. Kita sebut aja Mr.L sebagai inisial
Leader dan Mr.P untuk pemimpin promo.
Mr.L disini lebih sering stand by di
wilayah B karena memang rumah dan keluarga ada disana, sementara Mr. P stand by
di wilayah S. Wilayah B terdiri dari 4 sales dan 2 merchendiser serta wilayah S
terdiri dari 6 sales dan 1 orang MD. Sementara saya sendiri merupakan seorang
Officer yang bertugas meng-Audit sebuah wilayah dan bertugas sekaligus stand by
d wilayah S.
Peristiwa ini bermula ketika saya
membantu menyampaikan aspirasi 5 orang sales selepas ngobrol santai sore tanpa
kehadiran Mr.P. Hal yang kita bicarakan sebenarnya simple, tentang jadwal
selling harian dari Team S, dimana mereka ingin mendapat support kendaraan
branding yang adil saat melakukan selling malam hari selepas jam kerja. Saya
disini mencoba bertindak sebagai Mediator, dan saya sampaikan aspirasi mereka
kedalam sebuah BBG (Blackberry Grup) dengan bahasa yang singkat, tegas dan
jelas. Namun sebuah reaksi yang tidak saya sangka muncul dari diri Mr.L, dengan
bahasa yang; panjang lebar, berbelit dan cenderung mengandung unsur Provokasi,
emosi bahkan mengkambing hitamkan profesi seseorang. Saya selaku Mediator
mencoba mendinginkan situasi dengan memberikan saran untuk menyelesaikannya
secara musyawarah mufakat di luar BBG dan secara tersirat meminta Mr.L untuk
menghentikan kicauan nya yang semakin ngelantur. Ternyata bahasa saya tidak
terlalu dipahami dan Mr.L masih terus berkicau. Dan lagi hal ini ditambai
dengan statement yang panjang dan penuh emosi dari Mr.P yang merasa terpojokan
posisinya. Untuk mengingatkan akan posisi dari Mr.L dan lebih baik lagi dalam
hal koordinasi+komunikasi dari Mr.P dengan teamnya.
Akhirnya saya membuat sebuah
pernyataan yang Tegas dan Keras agar lebih mudah dipahami yaitu seperti ini;
“Jika Anda sebuauh team,tolong agar
selalu mengutamakan komunikasi dan koordinasi. Dan jika anda seorang leader
(Bagi Diri sendiri atau orang lain) tolong jaga cara berperilaku berbicara dan
bertutur kata”.
Ternyata statement saya diatas semakin
membakar emosi dari Mr.L dan Mr.P, bukannya ber-Instropeksi diri, malahan
semakin liar kicauannya. Sampai-sampai memprovokasi salah satu anggota dari
Team B untuk ikut-ikutan menyatakan statement yang bernada sindiran dimana
seharusnya masalah ini diluar wilayahnya. Melihat kondisi yang semakin tidak
terkontrol, saya memutuskan untuk berdiam diri agar keramaian dan pertikaian di
BBG tidak berlanjut lagi. Saya lebih memilih menyelesaikan secara face to face
dan duduk bersama secara baik dengan Mr.L dan Mr.P .
Inti dari cerita saya diatas adalah,
manusia sejak lahir sudah memiliki jiwa seorang Leader, tinggal pilihan dari
diri kita sendiri untuk menggunakan dan mengasah skill tersebut apa tidak.
Leader disini bisa berarti pemimpin bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.
Dan jikalau kita sudah berposisi
sebagai seorang Leader dalam sebuah
organisasi yang memimpin banyak orang, alangkah baiknya kita lebih sering lagi
belajar untuk meng-Upgrade soft skill kita dengan segala hal yang menunjang
perbaikan sisi Leadership. Bisa lewat seminar, article online, bertanya dan
berdiskusi dengan orang yang tepat atau bahkan dengan membaca buku-buku yang
berguna.
Dikarenakan sosok seorang Leader
sungguh krusial dalam membawa kesuksesan dan kedewasaan sebuah team. Disini
dibutuhkan Kredibilitas yang sangat baik untuk mampu menduplikasi diri dan
menyalurkan aura positif keseluruh anggotanya. Kontrol diri, cara bersikap,
berbicara dan bertutur bahasa yang baik adalah elemen-elemen yang harus mampu
dikuasai dan diterapkan. Agar nampak sosok pemimpin yang bertanggungjawab,
berwibawa, bijaksana dan berjiwa pemenang bagi orang sekelilingnya.
Oleh karena itu, sudahlah jangan mudah
ter-Provokasi dan terpancing emosi, jangan hanya mengandalkan otot saja.
Mulailah menunjukan dan memberikan segala hal terbaik yang kita punya. Kita
tonjolkan Kredibilitas kita sebagai sosok yang memiliki jiwa seorang Pemimpin
yang baik apapun posisi dan jabatan kita saat ini. Karena segala sesuatu timbal
balik yang baik dan positif akan datang dan kita terima pada waktunya. Ingat
peribahasa,
”Siapa yang menabur benih kebaikan,
dian akan menuai hasilnya beribu-ribu kali lipat,begitu pula sebaliknya”.
Sekian dari Saya, salam menjadi pribadi yang bermanfaat dan lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar