Penulis:
Agung Tri Yulianto
Dipinggir
pematang sawah pandanganku menatap jauh memandang luasnya hamparan padi yang
berwarna hijau yang begitu menyejukkan mata, namun semua itu tidak bisa
menyejukkan hatiku yang sedih gundah gulana karena berbagai masalah yang sedang
kualami.
Setidaknya
itu yang aku lakukan setiap sore setelah ditinggal ayahku untuk selama-lamanya.
Awalnya aku ragu untuk kembali kekota ini karena tidak ada lagi yang menopang
biaya kuliahku yang selama ini ditanggung almarhum ayahku, akhirnya dengan uang
saku 300 ribu rupiah aku bulatkan tekat untuk berangkat melanjutkan kuliah yang
hanya tinggal skripsi saja yang menurutku sangat sayang untuk ditinggalkan
apalagi keinginan ayahku agar aku lulus kuliah dan mendapat gelar S1. Sudah 6
bulan aku kerja serabutan, terkadang menjaga rental Playstation terkadang
menjaga warnet menggantikan karyawannya yang tidak bisa masuk.
Dengan
penghasilan yang sangat minim aku tidak bisa melanjutkan bimbingan skripsi
karena hanya cukup untuk makan. Padahal sebagai mahasiswa tingkat akhir aku
harus segera menyelesaikan skripsiku akan tetapi begitu banyak kendala yang
kuhadapi. Mulai dari Kos-kosan yang sudah habis masanya sehingga aku harus
numpang dikontrakan temanku, komputer tidak punya, buku-buku untuk skripsi
tidak ada sampai KTM pun hilang sehingga aku tidak bisa mengurus hal-hal yang
berkaitan dengan urusan kuliahku. Kelihatannya remeh hanya kehilangan KTM akan
tetapi tidak sesederhana itu akibatnya, karena aku tidak memiliki KTM aku tidak
bisa meneruskan skripsi disebabkan aku tidak bisa meminjam buku-buku yang aku
butuhkan di perpustakaan.
Kenapa tidak
diurus saja? Begitu kata teman-temanku, sebenarnya aku ingin mengurusnya ke
kantor TU dikampusku akan tetapi ada syarat yang tidak bisa aku penuhi yaitu
harus melunasi tunggakanku dikampus yang jumlahnya cukup banyak bagiku yang
tidak memiliki apa-apa. Huft.. masalah kecil menjadi besar seperti gunung jika
saling terkait dengan masalah yang lain, barangkali itu ungkapan yang cocok.
Disuatu pagi
sepulang dari menjaga Playstation aku merasa begitu iri melihat para mahasiswa
yang dengan begitu riangnya berangkat kekampus ada yang naik motor ada juga
yang naik mobil seolah-olah bagiku mereka tidak mempunyai beban. Akhirnya aku
bertanya dalam hati apakah benar mereka tidak mempunyai beban? Hatiku mejawab
belum tentu mereka tidak mempunyai beban, bisa saja mereka mempunyai masalah
yang lebih berat dari masalah-masalahku.
Akhirnya aku
putuskan untuk tidak istirahat setelah lelah bekerja, aku langsung mandi dan
bersiap-siap untuk pergi kekampus meskipun tujuanku belum jelas , paling tidak
aku bisa bertemu dengan dosen pembimbingku. Kumantapkan niatku untuk
menyelesaikan semua masalahku yang menggunung dengan usaha-usaha kecil seperti
mencangkuli gunung sejengkal demi sejengkal karena sebanyak apapun masalahku
pasti akan selesai juga jika aku terus berusaha. Sudah aku bayangkan
omelan-omelan dari yang akan kudapatkan dari dosen-dosenku karena sudah cukup
lama aku tidak pernah melakukan bimbingan, tapi bagiku itu tidak masalah asal
aku bisa melanjutkan bimbingan skripsiku. Setelah berada dikampus sambil
menunggu antrian bimbingan skripsi aku bertemu dengan teman-teman baru karena
teman-teman seangkatanku sudah lulus semua, berarti aku harus mencari
teman-teman baru agar aku bisa tukar pendapat dan yang paling penting aku bisa
meminjam buku atau paling tidak mereka mau membantuku meminjamkan dari
perpustakaan. Hehehehe…
Sudah 2 bulan
aku mengerjakan skripsiku lagi dan saat ini sudah memasuki bab ketiga dengan
segala perjuanganku, aku sangat bersyukur karena aku masih bisa melanjutkan
tugas akhir kuliahku dengan segala keterbatasan yang ada. Hari ini aku sudah
membawa bab ketiga skripsiku ke hadapan dosen pembimbing meskipun gajiku mejaga
warnet semalam aku pakai untuk membayar biaya print skripsiku sehingga siang
ini aku tidak bisa makan siang. Namun rejeki dari Allah itu memang sangat
melimpah tanpa diduga ada seorang teman yang mengajakku untuk makan siang.
Sepulang dari makan siang ada seorang cewek menyapaku, aku kira dia menyapa
temanku ternyata dia memanggilku setelah kudekati dia adalah adik tingkatku
yang bernama Ria teman satu dosen pembimbing yang mengajakku pergi ke kantor
jurusan.
Setelah
bimbingan selesai bimbingan kami berjalan menyusuri jalanan dikampus, tiba-tiba
ada seorang cowok berteriak memanggil temanku yang berada disebelahku. Cowok
itu menawari Ria untuk ikut proyek dikampus menjadi korlap PLPG yang mana
membutuhkan tenaga mahasiswa tahap akhir yang tinggal mengerjakan skripsi saja.
Ria bertaya berapa fee kalau ikut proyek itu, si cowok menjawab kalau feenya
cukup besar bisa buat beli laptop hanya ada syaratnya harus punya motor agar
bisa memudahkan dalam pekerjaan.
Wah aku
langsung tertarik karena uang segitu bagiku banyak, cukup untuk membayar
tunggakan kuliah dan ujian skripsi nanti akan tetapi aku tidak memiliki motor.
Malam harinya
aku sms si Ria, bagaimana dengan proyek itu apakah dia jadi ikut atau tidak,
ternyata Ria tidak bisa ikut karena dia harus mengikuti kuliah selain
dikampusku yaitu di sekolah Pramugari dan dia menyuruhku untuk ikut proyek itu,
akan tetapi aku jawab aku tidak punya motor sehingga aku tidak memenuhi sarat
untuk ikut proyek itu yang mensyaratkan harus memiliki motor.
Esok paginya
aku aku bertemu lagi dengan Ria dikampus dan dia menawarkan motornya untuk aku
pakai selama proyek PLPG karena dia punya 2 motor tapi dengan syarat aku harus
mau bantu dia menghantarkan bunga dan coklat ke mantan cowoknya sebagai
permintaan maafnya, langsung saja aku sanggupi persyaratan itu tanpa pikir
panjang meskipun aku harus mengemban misi sebagai kurir bunga dan coklat dan
membuat mereka balikan lagi. Hehehe..
Selama satu
setengah bulan aku mengikuti proyek dikampusku dengan fasilitas sangat
istimewa, tidur dihotel dengan makanan yang sangat istimewa 3 kali sehari dan masih
mendapat gaji lagi. Sungguh jauh dari bayanganku bahwa aku akan mendapat
kenikmatan dan kemudahan ini dari Allah SWT, yang awalnya kosan aku tidak punya
dan makan pun susah sekarang begitu berbeda.
Aku jadi teringat pribahasa “dimana ada kemauan pasti ada jalan” dan
orang yang menuntut ilmu itu berada dijalan Allah maka Allah akan memudahkan
jalannya.
Akhirnya
skripsiku selesai bersamaan dengan proyek itu selesai dan aku bisa membayar
tunggakanku dikampus, membuat KTM dan mendaftar ujian skripsi. Dengan semangat
dan rasa syukur aku belajar untuk menghadapi ujian dan Alhamdulillah aku
mendapat nilai yang memuaskan.
Akhirnya
tibalah waktu wisuda, hati ini berdebar ketika namaku dipanggil untuk maju
dihadapan rektor untuk diwisuda. Aku berjalan sambil melihat ke tribun undangan
mencoba mencari dimana ibuku berada, pasti dia bahagia dan terharu melihatku.
Bahagia karena akhirnya aku lulus dan terharu karena ayahku tidak bisa
menyaksikan anaknya ini menjadi sarjana. Setelah selesai diwisuda oleh Rektor
sambil berjalan menuju tempat dudukku aku melihat keatas dan berkata dihati
“Ayah terimakasih atas semua perjuanganmu selama ini, aku sudah jadi sarjana
semoga Allah memberikan tempat terbaik bagimu disana” tanpa terasa air mataku
jatuh bahagia bercampur sedih dihatiku.
Segala puji
syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memudahkan jalan bagiku, perjuangan ini
akan aku ingat seumur hidupku agar aku tidak mudah menyerah dan tidak mudah
takut karena sesulit apapun kendala yang kuhadapi asal bersungguh-sungguh dalam
berjuang maka Allah akan memberikan jalan.
“MAN JADDA
WAJADA”
Barang siapa bersungguh-sungguh dia akan mendapatkan
“MAN SHOBARO
DHOFIRO”
Barang siapa yang sabar akan beruntung
“MAN SAARO
ALADDZARBI WASHOLA”
Barang siapa berjalan dijalannya maka dia akan sampai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar