Penulis: Dany Erwan Hariyadi
Hari itu,
sekitar awal bulan September 2012,
seperti biasa saya dan teman-teman ngobrol ngalor ngidul di BBM, mulai dari
bercanda ga jelas sampai ngobrolin rencana jalan-jalan.
“Pek, preian
ono rencana nang ndi awakmu?nang semeru yuk?” Cetus saya.
“Budal Dul,
tanggal 13 aku meluncur nang prob, parani nang stasiun yo”. Sahut Taufik
“Siap mad”
jawab aku
Sebelumnya
saya sudah pernah sih ke gunung Argopuro, Taman Hidup, Bromo dan Ijen tapi kan
itu cuma bukan gunung impian pendaki. Ketika ada kesempatan mendaki gunung
Semeru, langsung deh saya berangkat . Setelah itu saya BBM teman kantor saya.
“Nu, prei
tengah bulan aku nang semeru karo topek, awakmu melu opo enggak” tanya aku pada
Inu.
“Melu aku
Dul, mumpung bojoku nang Banyuwangi hehehehehe” jawab Inu
“Ok. Budal
tanggal 14 bengi Nu, ketemuan ng terminal yo”
Satu hal
paling penting yang perlu disiapkan sebelum mendaki adalah fisik. Yap, mendaki
gunung bukanlah hal mudah, tapi perlu fisik yang sehat dan kuat. Untung
sebelumnya saya memang terbiasa untuk lari pagi setiap minggu. Tapi menjelang
keberangkatan ke Semeru, karena kesibukan kegiatan kantor, saya malah tidak
sempat dan malas untuk berolahraga. Tapi selama saya merasa sehat dan tidak
punya masalah serius dengan kesehatan, jadi perjalanan ke Semeru tetap
dilakukan. Yeah!
Tanggal 14
saya berangkat bekerja sampai sore jam 5 saya menunggu Taufik yang berangkat
dari kota Brebes. Jam 5 pun lewat, Taufik keluar dari stasiun dengan tas ransel
80liter dan cengar cengir sambil memanggil “ Dul”. Tanpa basa basi saya dan
Taufik pulang ke rumah untuk istirahat sejenak, karena jam 8 malam kita
langsung menuju ranu pani.
Sesampainya
dirumah saya BBM inu untuk perlengkapan yang harus dibawa “Nu, perlengkapan
pribadi yang harus dibawa tas ransel, sepatu,sandal, jaket tebal, kerpus, kaos
tangan, kaos kaki, baju ganti, jas hujan, perlengkapan mandi, sarung dan
celana, engko budal jam 8, ojo telat ente Nu, tak enteni nang terminal” cetus
aq. “siap berow” jawab inu.
Jam 18:00
saya dan Taufik prepare, mengecek kembali apa ada barang yang ketinggalan. Jam
19:30 kami berangkat ke terminal di anter oleh adik saya dan temannya, nyampe
kota kita belanja gas portable untuk memasak. Jam 19:45 saya dan Taufik sudah
sampai di terminal, sedangkan Inu masih dalam perjalanan dari jember ke
probolinggo. Taufik gelisah menunggu inu, karena kita bertiga tidak mempunyai
tenda, untung Taufik mempunyai kenalan anak Bali namanya Dewa yang ke Semeru
juga, tapi berangkat lebih awal dan sekarang sudah berada di Ranupani. Sudah
pukul 20:00 tapi inu tidak datang. Rencana awal kami berangkat lewat jalur
tengah ke Ranupani yaitu lewat Bromo, jalur biasa yang digunakan adalah dari
arah lumajang-senduro-ranupani dan malang-tumpang-ranupani. Akhirnya Inu datang
jam 21:00, dan rencana berangkat malampun tertunda karena transportasi ke Bromo
tidak ada. Akhirnya saya putuskan untuk
menginap di rumah teman saya di dekat terminal dan kita akan berangkat
jam 4 subuh ke bromo. Tapi kami bangun kesiangan dan Taufik marah karena kami
kesiangan, Taufik sudah berjanji sama Dewa untuk berangkat bersama dari pos
Ranupani. Tanggal 15 November jam 05:00 kami pun berangkat ke Bromo, sampai di
Bromo sekitar pukul 07:30. Sesampai di Bromo saya mulai menego harga jeep ke
Ranupani, setelah nego, harga ke Ranupani Rp100 ribu/orang, tanpa basa basi
kami pun langsung sepakat dan langsung berangkat ke Ranupani. Melewati padang
pasir bromo-savana bromo (padang teletubies) merupakan pemandangan yang luar
biasa. Tak terasa kamipun sampai di Ranupani jam 09:00.
Tanggal 15
November Perjalanan mendaki Gunung Semeru dimulai dari Pos Ranu Pane, di sana kita
harus mengurus perizinan. Setelah izin beres, kami memulai pendakian jam 10:00.
Awalnya sih treknya masih datar, ransel pun belum terasa berat, keringet belum
ngucur, jadi masih riang gembira memulai pendakian, hehe.
Bulan
November adalah awal dari musim hujan di Indonesia. Saat kami baru mencapai pos
1, kami istirahat sejenak. Nafas mulai terengah engah karena kurang persiapan,
istirahat hanya 10 menit dan kamipun melanjutkan perjalanan. Sampai pos 2 kami
break lagi untuk makan siang. Dari pos2 ke
pos 3 trek mulai naik turun. Sampai di pos 3 kami kembali istirahat
karena tepat di atas pos 3 tanjakan 70 derajat sudah menunggu. Setalah melewati
tanjakan pos 3 tiba-tiba cuaca yang awalnya cerah berubah menjadi mendung dan
gerimis Semakin sore hujan semakin lebat dan jalan yang kami lalui menjadi
becek, licin, dan berlumpur.
Kondisi
jalan yang licin ini menyebabkan saya dan Inu
terpeleset dan jatuh ketika melewati jalan setapak setelah pos 3 dan
turunan di pos 4. Setelah 4 jam perjalanan akhirnya kami sampai juga di Ranu
Kumbolo. Saya dan Inu di belakang sedangkan Taufik berlari teriak “Bli Dewa”
dan ternyata teriakan pertama, Bli Dewa sudah menyahut “woooyyy”, ahh lega
rasanya ketemu Bli Dewa karena kita bisa tidur ditenda hehehehe.
Suasana
malam hari di Gunung terasa sangat dingin, walau sudah pakai baju dan jaket
tebal, kupluk, sarung, kaos kaki dan tangan, tetap saja brrrr dingin.
Tanggal 16
November pagi hari kami bangun disambut oleh matahari yang memberi semburat
warna cantik di pinggir Danau Ranu Kumbolo. Salah satu pagi paling indah yang
pernah saya rasakan.
(ket : ranukumbolo pagi hari)
Setelah sarapan
pagi, merapikan tenda dan barang bawaan, kami pun melanjutkan perjalanan jam
09:00. Dimulai dengan mendaki tanjakan cinta dan setelah itu kami disambut oleh
savana cantik Oro-oro Ombo. Cuaca pagi hari yang cerah sangat mendukung untuk
berfoto-foto bersama, hehe..
(ket : Inu, saya, Bli Dewa dan Taufik)
Rute perjalanan
hari ini adalah cemoro kandang-jambangan-kalimati turun naik melewati hutan
yang tidak terlalu lebat tapi sangat mungkin menyesatkan jika kita tidak tahu
jalan. Makanya berjalan bersama temen sekelompok sangat penting, supaya tidak
nyasar sendiri. Keegoisan kita diuji ketika mendaki Gunung, apakah mau menunggu
teman yang dibelakang atau meninggalkannya. Setelah berjalan 5 jam, saya dan
teman-teman sampai di Kali Mati. Rencana awal kita akan mendirikan tenda
disini, karena Kalimati sudah di “booking’ pendaki Avtech maka kita meneruskan
perjalanan ke Arcopodo. Track kali ini begitu berat karena track tanjakan
terus. Kaki mulai lelah untuk melangkah, nafas megap-megap hehehe,saya dan
Taufik jalan beriringan, Bli Dewa mendahului, Inu?? Dia masih di belakang
(maklum setelah nikah fisik Inu turun drastis karena perut mulai membuncit)
kekekeke. Persediaan air menipis untuk minum, apalagi memasak, mata air
terakhir ada di Sumber Mani 1 jam jalan kaki dari Kalimati. Terpaksa kita
mengirit air. Sekitar jam 15:00 kita sampai di Arcopodo. Inu belum sampai di Arcopodo
setengah jam kemudian dia nongol dengan nafas yang hampir habis hehehehe. Jam
15:45 kami mendirikan tenda, dan cuaca kembali mendung.
Tak lama
kemudian hujan kembali mengguyur Arcopodo, Bli Dewa mempunyai ide untuk menadah
air hujan untuk bekal muncak dan masak. Setelah hujan reda kresek hitam besar
untuk menadah air kami periksa dan alhamdulilah
air yang tertimbun sangat banyak, cukup untuk bekal muncak dan turun. Setelah
mendapatkan air kami memulai memasak, setelah makan badan saya menggigil kedinginan
karena suhu udara di Arcopodo sangat ekstrim, muncul firasat untuk tidak ikut muncak karena kalau
dipaksa muncak dengan kondisi yang tidak fit akibatnya fatal buat saya. Tapi
saya tidak akan menyerah dengan keadaan, persediaan obat masih ada, saya minum
multivitamin dan tidur lebih dahulu biar tubuh saya bisa fit kembali. Sekitar
jam 23:45 saya terbangun oleh suara pendaki lain yang mau menuju mahameru. Jam
23:50 kita prepare, semua perlengkapan kita tinggalkan di tenda, kami dibagi
menjadi 2 kelompok, kelompok 1 saya dan Bli Dewa dan kelompok 2 Taufik dengan
Inu, bekal yang kami bawa hanya 1 botol air dan buah apel buat bekal agar tidak
kelaparan di puncak.
Tanggal 17
November jam 00:05 kita berangkat dari arcopodo menuju puncak. Sebelum memulai
perjalanan kita sempatkan untuk berdoa terlebih dahulu memohon keselamatan agar
perjalanan kita ke puncak aman dan bisa kembali dengan selamat. Dengan bantuan headlamp
dan senter kami memulai perjalanan mengikuti jalan setapak yang ada.
Setengah jam perjalanan kami tiba di Cemoro Tunggal. Perjalanan ke puncak
sangat padat dan ramai oleh para pendaki. Kita berjalan sangat rapat dan bahkan
harus antri untuk mendaki. Pemandangan antrian para pendaki dengan senter dan headlamp
memberikan kesan jalur pendakian seperti lampu jalan tol yang panjang.
Langkah demi
langkah ku lalui hingga tanpa terasa telah tiba sampai di batas hutan dengan
pasir dan batu batu. Di sini demam yang dari kemarin menyerang sudah bertambah
parah dan akhirnya aku pun memutuskan untuk berjalan lambat di belakang Bli
Dewa. Sempat berpikir untuk turun kembali, tetapi niat dan kebulatan tekad
untuk mencapai puncak yang membuat saya untuk tetap bertahan, selangkah demi
selangkah untuk mencapai puncak.
Di tengah
perjalanan kami disuguhkan pemandangan yang luar biasa menakjubkan. Kelap-kelip
bintang dan kota malang sangat jelas dan yang luar biasa indahnya. Pemandangan
ini benar benar kembali memompa semangat diriku untuk terus berjalan. Medan
berpasir ini memang menjadi medan yang paling terberat untuk mendaki. Karena
sulitnya kaki berpijak untuk mendorong naik badan kita. Naik selangkah turun
lagi setengah, naik selangkah turun lagi setengah, begitu terus berulang-ulang.
Sungguh sangat menguras tenaga. Saya mulai melihat banyak pendaki lain yang
menyerah dan memutuskan untuk turun kembali.
Jalan menuju
Puncak Mahameru juga susah dan perlu perjuangan gigih karena berpasir. Perlahan
tapi pasti Puncak Mahameru terlihat semakin dekat. Dengan sisa tenaga yang ada,
kupaksa badan buat terus bergerak, selangkah dua langkah tiga langkah dan
akhrnya sampai langkah terakhir kaki ini berhasil menginjak Puncak Mahameru
dengan ketinggian 3.676 mdpl tepat jam 04:30. Alhamdulillah, Setibanya
di puncak, saya langsung berjalan mencari Bli Dewa yang telah terlebih dahulu
tiba di puncak. Tiba tiba terdengar suara laki-laki, dan tentu saja suaranya
sudah begitu familiar bagi telingaku. Yap, suara itu adalah suara Taufik, saya
pun segera menghampiri dan kita saling bersuka cita untuk merayakan
keberhasilan mencapai puncak. Alhamdulillah yang sekali lagi terucap.
Inu dimana?dia masih di belakang, Setelah mengabadikan momen momen indah di
puncak kami pun harus segera turun.
(ket : Bli Dewa, Taufiq dan Saya)
Jam sudah
menunjukkan pukul 07:00 . 15 menit perjalan turun saya bertemu dengan Inu yang
terus melanjutkan perjalanan kepuncak sendirian. Perjalanan turun pun tidak
kalah melelahkan bagiku. Walaupun jalan menurun, tetap saja membuatku harus
berkali kali berhenti untuk beristirahat. Fisikku memang sudah drop dan
tenaga sudah hampir habis untuk perjalanan naik tadi. Dua jam lebih perjalanan turun saya untuk bisa
sampai di Arcopodo. Di Arcopodo kami pun menunggu Inu yang turun dari mahameru
sambil bersantap siang dan beristirahat sejenak sebelum packing dan
kembali melanjutkan perjalanan turun ke Ranukumbolo.
Pukul 11 :00
kita memulai perjalanan turun. Udara yang sejuk mengiringi perjalanan turun
kami ke Ranu Kumbolo. Dan tepat sebelum jam 16.00 kami tiba di Ranukumbolo.
Malam terakhir di Gunung Semeru kita lewati dengan bermalam di ranukumbolo.
Makan malam terakhir disini cukup nikmat dengan hidangan sarden dan sup yang
bisa menghilangkan rasa lapar dan menghangatkan badan kami.
Puas dengan
makan malam, kami pun bersantai menikmati suasana malam Ranu Kumbolo.
Sebenernya ingin lebih lama lagi terbangun untuk menikmati pemandangan bintang
bintang Ranu Kumbolo, tetapi karena memang badan saya terasa teramat capai dan
mata yang mulai terserang kantuk, segera kubergegas mengambil sarung dan
perlengkapan tidur lainnya
Suara-suara
para pendaki sudah terdengar ramai ketika aku terbangun dan melihat jam,
ternyata sudah tanggal 18 November jam 05.00 subuh..
Segera kami
memasak dan packing, karena kami harus sudah tiba di Ranupani sebelum
siang hari. Setelah semuanya rapi dan siap, kami pun berjalan meninggalkan Ranu
Kumbolo. Sekitar jam 14:00 kami sudah sampai di desa Ranupani.
Saya dan
Taufik melapor ke pos pendakian, sedangkan Inu?masih dibelakang. Bli Dewa
menego harga jeep untuk perjalanan pulang. Untuk pulang rute yang kami
lewati adalah tumpang malang. Perjalanan
pulang selebihnya saya isi dengan tidur. Memang badan ini sudah terasa
terlampau lelah. Hingga kemudian, minggu malam 18 November 2012 pukul 23.00
WIB, saya mendarat kembali di Probolinggo.
Dan seperti
gunung gunung yang sudah pernah saya daki, "saya pun berdoa semoga bisa kembali
lagi ke Gunung Semeru"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar