Penulis : Puguh Prawidiyanto
Pak Cuk panggilan akrabnya, pria
sedikit berotot setengah baya dengan uban menghiasi rambut dan selalu
berpenampilan sederhana. Orang-orang mengenalnya sebagai piawai kayu, beliau
typical orang yang ulet dan total dalam menjalani pekerjaan, tidak mengenal
waktu dan kepuasan pelanggan menjadi tujuannya dalam bekerja.
Singkat cerita saya mengenal beliau
dari ayah saya ketika membenahi rumah kami 7 tahun silam, ketika
saya masih tinggal dengan orang tua. Semenjak itu saya sering meminta saran dan
bantuannya ketika berurusan dengan masalah kayu. Suatu sore saya singgah ke
rumahnya yang sederhana dan beliau sedang bekerja di gubuk tua sedikit reyot di
samping rumahnya, “kantor” beliau menyebutnya dan mempersilahkan saya masuk.
“Luar biasa” kata yang terlintas di pikiran saya, meski dengan dinding bambu
dan tempat yang tidak begitu luas tapi peralatan yang dimilikinya sudah modern
hingga saya tercengang.
Saya iseng menanyakan karena tidak
percaya “Iki alate tek sopo pak?” dalam bahasa Jawa.
Kemudian beliau menjawab “Yo tek aku
le, mosok kate nyileh….!”.
“Kabeh pak?” tanyaku lagi.
“Iyo, mosok koen gak percoyo”
jawabnya.
Mulai dari situlah banyak pertanyaan
yang saya ajukan hingga perbincangan mulai serius dan saya mulai belajar.
Intinya beliau orang sederhana dan hidup pas-pasan tapi tidak takut mengambil
kesempatan, dulu mulai kerja dengan alat sederhana dengan hasil yang biasa.
Sekarang dengan peralatan yang modern beliau bisa mencapai hasil 2-3x lipat
dari penghasilan semula. Memberanikan diri meminjam modal dan mengupgrade diri,
“Kapan iso duwe nek gak wani utang”
begitu beliau berkata.
“Jangan takut untuk hutang karena dengan
begitu kita bisa maju.”
“Masak harus nabung dulu baru bisa
beli, itupun klo tidak ada kepentingan mendadak”. “Gunakan alat itu untuk
menambah penghasilanmu 2x lipat, sisihkan setengah untuk membayar cicilan.”
Ilmu tersebut berdampak besar untuk
saya.
Saya hidup dalam lingkungan yang
sederhana, Ayah dan Ibu saya selalu mengajari hidup mandiri dan sederhana.
Karena tuntutan hidup dan sudah menikah (2 anak) meski sudah bekerja saya mulai
belajar wiraswasta (konter pulsa jehhh) hehehe…….untuk nambah penghasilan. Dan
seperti kebanyakan orang yang sudah berkeluarga pasti mendambakan rumah idaman.
Target saya dulu 10 tahun untuk membeli rumah, karena saya hidup bisa dibilang
pas (cukup meski dikit dan gak turah
meski banyak).
Jadi saat istri saya bertanya “kapan
bisa punya rumah sendiri?”
saya hanya bisa menjawab “mungkin 10
tahun mendatang itupun kayaknya ikut KPR, xixixi…..” sambil tersenyum.
Percaya atau tidak klo memang niat
pasti ada jalan, di tahun yang sama setelah menjawab pertanyaan istri kok ya
kebetulan ada temen bingung mau jual rumahnya karena terbelit hutang kakaknya
dan kebetulan juga saya tidak punya uang (memang belum sempat menabung) waduh
gimana caranya????? Lokasinya juga strategis, pinggir jalan (sesuai cita-cita)
bisa di buat buka usaha.
Bingung bukan kepayang karena harganya
bisa dibilang cukup murah (Murah karena dibawah harga pasar) tapi klo buat saya
sendiri mahalnya minta ampun, mungkin jika nunggu nabung baru terkumpul setelah
20-30 tahun. Kira-kira sudah berapa harga rumah itu??? Haduhhh bisa 3x lipat
sepertinya. Di situlah saya teringat kata-kata pak cuk, jadi saya memberanikan
diri untuk membelinya melalui pihak ke 3 (KPR BANK M***) dengan harapan setelah
jadi hak milik saya, saya bisa membuka usaha lagi dan usaha tersebut bisa saya
gunakan hasilnya untuk mencicil rumah tersebut (penghasilan 2x lipat).
Prosesnya penuh dengan perjuangan karena sertifikat rumah tersebut ternyata
masih sekolah (jaminan di bank) dan nominalnya juga tidak sedikit. Perlengkapan
pengajuan pun masih kurang karena rumah tersebut tidak memiliki IMB (Ijin
Mendirikan Bangunan), maklum rumah desa. Setelah hampir 1 bulan berlangsung
cari referensi bank, melengkapi persyaratan barulah pengajuan (Bismillah…).
Desakan dari pihak pemilik juga terus berlanjut karena banyak tanggungan yang
harus dibayar.
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah
SWT jika memang sudah kehendak-Nya terjadilah dan dalam prosesnya saya selalu
di beri jalan sesuai dengan harapan dan keinginan saya. Dua bulan setelah
tinggal di rumah itu saya mulai buka usaha kedua (konter pulsa juga), sekarang
sudah 1 tahun lebih berlalu dan usaha yang saya rintis berjalan dengan lancar, berkat
support istri juga. Meski rumah masih berstatus hak pakai karena belum lunas
tetapi Alhamdulillah membawa manfaat dan nikmat yang luar biasa untuk keluarga
saya.
Niatlah dalam berusaha dan selalu
berdoa, Allah akan memberimu petunjuk dengan jalan yang tak pernah engkau
bayangkan.
Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat
dan bisa jadi referensi bagi temen-temen yang mempunyai impian memiliki rumah idaman, hehehe….Mohon
maaf jika ada salah kata dalam penulisan dan penyampaian karena masih dalam proses
belajar. Terima kasih
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar