Penulis: Dany Erwan Hariyadi
Kadang
kendaraan ini hanya dianggap kendaraan kaum menengah kebawah, karena jarang
sekali kita melihat orang necis mengendarainya. Kendaraan tua yang banyak
digemari oleh kalangan muda, itulah scooter atau yang lebih akrab di sapa
vespa, kendaraan yang semua rangkanya dari besi, ban nya seukuran dengan ban
kapal jet, sepertinya tahan banting, tidak mudah bengkok kalau bertabrakan dan
pabrikan eropa.
Merasakan kedamaian di atas kebisingan seakan
menjadi candu buat saya, Scooter juga bukan kendaraan yang diciptakan untuk
berkebut-kebutan atau ugal-ugalan di jalan, sehingga banyak yang menyebut anak
scooter pencinta damai.
Kendaraan
yang aman dari razia polisi dengan
alasan dengan bermacam-macam alasan polisi enggan untuk menghentikan vespa
walaupun sedang ada razia gabungan sekalipun, karena mungkin dengan
pertimbangan kendaraan tua yang terkadang surat-suratnya pun sudah tidak
lengkap karena termakan zaman. Saya sendiri sudah membuktikannya, ketika saya
melakukan perjalanan panjang ke pulau dewata, saya dan vespa selalu di biarkan
lewat saat ada razia motor. Bahkan saya lolos di pemeriksaan motor pelabuhan
Gilimanuk.
Bentuknya
yang unik dan tak pernah ada kata bosan kalau terus-terusan dipandang, mungkin
itulah alasan yang juga sama kenapa para penggemar masih setia dengan scooter
mereka walupun usianya sudah bisa dibilang tidak muda lagi.
Karena
dibilang sudah tidak muda lagi, scooter juga kadang ngambek dengan berhenti di
tengah jalan tanpa alasan, dan kalau sudah ngambek tidak cukup 10 menit untuk
mengembalikan “mood” nya melintasi jalan, dan para scooterist terkadang dibuat
resah dengan cara ngambeknya yang terbilang wajar ini
Tapi
bagi scooterist sejati hal ini tidak akan merubah perasaan cintanya pada
kendaran tua ini, karena memang kalau sudah cinta berarti harus setia dan
menerima kelebihan lengkap dengan kekurangannya, itulah mungkin filosof para
scooterist. Walaupun kadang sengsara tapi sensasi yang selalu berbeda ketika di
belakang kemudi akan selalu dirasakan, sengsara membawa nikmat kalau kata orang
Dan
satu yang harus kita ketahui tidak semua scooterist mengenal budaya
mabuk-mabukan dan sejenisnya, itu hanya beberapa kumpulan saja. Tapi meski ada
kumpulan scooterist yang mengenal hal seperti itu, mereka tetap berjiwa sosial
besar. Besar jiwa sosial itu sampai tak terhitung jumlahnya. Meski tak kenal
tapi kalau berjumpa dijalan, selalu menyapa, dan membantu sesama scooterist
yang lain ketika mengalami mogok dijalan, tau sendiri motor tua sering mogok
dijalan.tapi mereka saling membantu. Selama mesin disebelah kanan kita maka
kita saudara, kalimat ini yang keluar dari mulut seorang pak tua ketika
membantu saya.
Kadang saya berscooteria untuk
keperluan mondar-mandir menyelesaikan tugas kantor, merasakan sejenak menjadi scooterist
kembali. Nikmat yang tak terbantahkan setelah sekian lama tak bervespa.
Merasakan kenikmatan itu tak harus dengan kemewahan, kesederhanaan juga bisa
memberikan kenikmatan yang luar biasa. Karena kenikmatan kita yang merasakan,
bukan mereka.
“Salam satu vespa sejuta saudara”
bahagia gak harus mewah.. mantap
BalasHapusRaja Jalanan....
BalasHapus