Penulis: Inu Basidjanardana
Dari banyak perjalanan, sebagian besar
diantaranya adalah himpitan yang membuat kita, kalau mau jujur,
seharusnya merasa beruntung. Banyak melihat kenyataan yang seringkali
tidak sesuai dengan harapan. Banyak mendengar kedengkian yang
melemparkan kita pada kesunyian berfikir. Merasakan bahwa dunia ini
sebenarnya diciptakan untuk segala sesuatu yang ada didalamnya, untuk
bersama hidup dalam sekilas cerita di rentang waktu kehidupan.
Ada seorang ibu, bersama entah suami atau
lelaki hidung belang, menggendong seorang balita di sebuah angkutan
yang kutumpangi. Mereka mengamen dengan suara parau, diselingi erangan
anaknya yang meminta perhatian. Kulihat sebagian besar dari kami,
penumpang bus itu, tidak ingin terlalu jauh larut dalam pemandangan yang
menyedihkan itu. Ada sebuah perasaan haru, tapi lebih banyak kesal.
Mengapa Tuhan menampakkan segalanya dengan begitu apa adanya.
Menunjukkan pada kita semua bahwa “inilah sebagian cerita dalam dunia
yang kau tinggali”.
Seorang lelaki berikutnya naik ke dalam
bus yang sama. Juga menyanyikan sebuah tembang dengan teknik vokal yang
lebih menyerupai sebuah raungan. Lamat-lamat, indah pula pesan dalam
tembangnya. Kesan menyentuh hati. Kuperhatikan lima jari di tangan
kanannya hilang. Ada sedikit daging tersisa menyerupai jempol, yang
sesungguhnya tidak lagi dapat disebut sebagai jari. Disitu ia
menempelkan pick gitar nya, dengan lem atau entah alat perekat apa. .
Apa kiranya kisah yang membawanya sampai pada bus ini?Tatapannya kosong,
memandang keluar jendela di sepanjang jalur tol yang lebih mulus
nasibnya.
Di sebuah persimpangan, dua anak
perempuan ikut serta dalam perjalanan bus ini. Yang lebih besar
menggendong ukulele, yang satu lagi membawa rangkaian tutup botol dalam
sebuah kayu kecil yang dijadikannya alat musik. Mereka bernyanyi tanpa
peduli situasi. Suaranya fals. Seharusnya sekarang mereka belajar atau
mengerjakan tugas sekolahnya. Tapi kini mereka meramaikan bus kami
dengan hiburan alakadarnya. Semua tahu ini hanyalah sebagian kecil dari
banyak potret sama seperti mereka di puluhan kota besar lain di negeri
ini.
Kalau setiap harinya kita duduk diruangan
ber AC, bersenda gurau dengan teman dan rekan kerja. Makan sepiring
nasi lengkap dengan lauk pauk sesuai keinginan. Belajar tinggi dan
membaca segala teori yang menganalisis tentang kondisi sosial
masyarakat. Punya waktu untuk bercumbu dan menghayalkan cita-cita
romantis bersama pasangan. Kini apa sesungguhnya makna dari segala
pelajaran di bangku kehidupan ini?
Adakah sebuah kepastian dalam hidup?
Menjadi manusia pun tidak selamanya mudah.Banyak hal yang memaksa kita
untuk terus merasa bahwa kita hanyalah seonggok daging berlapis
kulit.Mendambakan hidup selalu menjadi lebih baik dan lebih baik, tetapi
terus tergerus oleh keterbatasan yang teramat nyata.Akhirnya …jikapun
ada kepastian itu, tentulah melulu sebuah bentuk ketidakpuasan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar